BMKG Ungkap Penyebab Udara Dingin di Bali, Sampai Kapan?
Dalam beberapa hari terakhir, masyarakat Bali merasakan suhu udara yang lebih dingin dari biasanya, terutama saat malam hingga pagi hari.
Fenomena ini menjadi perbincangan di berbagai platform media sosial. Banyak warga bertanya-tanya, apakah ini pertanda cuaca ekstrem atau hanya perubahan musiman biasa?
Untuk menjawab kebingungan tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan resmi mengenai penyebab kondisi udara dingin yang melanda pulau dewata.
BMKG Ungkap Penyebab Udara Dingin di Bali, Sampai Kapan?
BMKG menjelaskan bahwa suhu dingin yang terasa belakangan ini merupakan hal yang umum terjadi selama puncak musim kemarau di wilayah Bali dan sebagian besar Indonesia bagian selatan. Hal ini biasanya terjadi pada bulan Juli hingga Agustus.
Kepala BMKG Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho, mengatakan bahwa kondisi langit balap4d cerah dan minimnya awan di malam hari menyebabkan radiasi panas bumi keluar lebih cepat ke atmosfer.
Akibatnya, suhu permukaan menjadi lebih rendah dibandingkan saat musim hujan.
“Fenomena ini dikenal sebagai radiasi pendinginan. Tanpa tutupan awan, panas yang diserap bumi di siang hari dengan cepat dilepaskan ke atmosfer pada malam hari. Itu sebabnya suhu turun drastis,” jelasnya.
Angin Monsun Australia Ikut Berperan
Selain radiasi pendinginan, penyebab lain dari suhu dingin ini adalah dominasi angin Monsun Australia.
Angin ini membawa massa udara kering dan sejuk dari wilayah selatan (Benua Australia) menuju utara, termasuk ke wilayah Bali dan Nusa Tenggara.
Monsun Australia biasanya aktif pada musim kemarau dan memperkuat tekanan udara di wilayah Indonesia bagian selatan.
Udara yang dibawa cenderung dingin dan kering, sehingga menyebabkan penurunan suhu, terutama di dataran tinggi dan daerah yang jauh dari pantai.
Suhu Tercatat Turun Hingga 18 Derajat Celcius
Menurut catatan BMKG, suhu udara di beberapa wilayah Bali, seperti Bedugul dan Kintamani, sempat menyentuh angka 18–20 derajat Celsius pada dini hari.
Bahkan di kawasan pegunungan yang lebih tinggi, suhu bisa terasa lebih dingin lagi meskipun tidak tercatat secara resmi.
Warga yang tinggal di dataran tinggi pun mengaku harus mengenakan jaket tebal saat beraktivitas pagi hari Sementara di daerah perkotaan seperti
Denpasar dan Gianyar, suhu turun hingga kisaran 21–23 derajat Celsius, lebih rendah dari rata-rata suhu normal di musim kemarau tahun lalu.
Sampai Kapan Udara Dingin Ini Bertahan?
BMKG memperkirakan kondisi udara dingin di Bali akan berlangsung hingga pertengahan Agustus. Hal ini sejalan dengan siklus puncak musim
kemarau yang biasanya terjadi antara bulan Juli hingga pertengahan September. Setelah itu, suhu udara akan perlahan kembali menghangat menjelang peralihan musim (pancaroba) menuju musim hujan.
Masyarakat diimbau untuk tidak khawatir secara berlebihan karena fenomena ini tergolong normal dan bukan merupakan pertanda bencana
atau anomali cuaca ekstrem. Namun, warga tetap disarankan untuk menjaga kesehatan, terutama anak-anak dan lansia yang lebih rentan terhadap suhu dingin.
Tips Menghadapi Cuaca Dingin di Bali
BMKG juga membagikan beberapa tips kepada masyarakat agar tetap nyaman dan sehat selama masa udara dingin berlangsung. Berikut beberapa di antaranya:
-
Gunakan pakaian hangat saat malam hingga pagi hari.
-
Perbanyak minum air putih untuk menjaga kelembaban tubuh.
-
Konsumsi makanan bergizi agar sistem imun tetap kuat.
-
Hindari mandi terlalu pagi untuk mencegah perubahan suhu tubuh mendadak.
-
Jaga sirkulasi udara dalam rumah agar tetap segar namun tidak terlalu terbuka saat dini hari.
Tidak Perlu Panik, Tetap Waspada
Fenomena udara dingin di Bali merupakan bagian dari siklus alam yang berulang setiap tahun. Meskipun terasa tidak biasa bagi sebagian orang
kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Yang penting adalah meningkatkan kewaspadaan dan menjaga kondisi tubuh agar tetap fit.
Pihak BMKG akan terus memantau perkembangan cuaca dan memberikan informasi terbaru apabila terjadi perubahan signifikan.
Masyarakat diimbau untuk terus mengikuti informasi resmi dari BMKG dan tidak mudah terpancing isu-isu tidak berdasar di media sosial.
Baca juga: Wastafel di Dapur Berbau Tak Sedap? Ini 3 Cara Praktis Mengatasinya
Leave a Reply