Joki UTBK di ISBI Bandung Dapat Bayaran hingga Rp50 Juta
Dunia pendidikan tinggi kembali tercoreng dengan terungkapnya praktik perjokian dalam Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Seorang pelaku joki berhasil diamankan aparat setelah kedapatan menggantikan peserta asli dalam seleksi masuk perguruan tinggi tersebut. Yang mengejutkan, joki ini diketahui menerima bayaran fantastis hingga Rp50 juta untuk satu kali ujian.
Kasus ini tidak hanya membuka mata soal lemahnya pengawasan dalam proses seleksi masuk perguruan tinggi, tapi juga menjadi cermin suram tentang krisis integritas dalam dunia pendidikan Indonesia.

Joki UTBK di ISBI Bandung Dapat Bayaran hingga Rp50 Juta
Kronologi Pengungkapan Kasus Joki UTBK di ISBI Bandung
Kasus ini terbongkar saat pelaksanaan UTBK gelombang pertama di kampus ISBI Bandung pada awal Mei 2025. Panitia pelaksana UTBK yang curiga terhadap gestur dan wajah peserta ujian yang tidak sesuai dengan data pendaftaran kemudian melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Petugas kemudian menemukan bahwa kartu identitas peserta tersebut palsu. Setelah dilakukan konfirmasi, ternyata peserta asli tidak hadir, dan tempat duduknya diisi oleh seorang pria yang mengaku sebagai mahasiswa teknik dari kampus lain.
Petugas keamanan kampus segera berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan pelaku langsung diamankan untuk penyelidikan lebih lanjut.
Identitas Pelaku: Mahasiswa Berpengalaman yang Jadi Joki Profesional
Pelaku diketahui berinisial RA (24 tahun), seorang mahasiswa tingkat akhir dari sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Berdasarkan pengakuannya, ini bukan kali pertama dia menjadi joki UTBK.
RA mengaku telah menjadi joki dalam setidaknya 6 kali ujian di berbagai kampus selama dua tahun terakhir. Ia disebut memiliki jaringan dengan calo dan perekrut yang mencari “klien” dari kalangan orang tua peserta yang mampu membayar mahal.
Menurut pengakuan pelaku, sistem bayaran berbeda-beda tergantung jenis kampus dan tingkat kesulitan ujian:
-
Perguruan tinggi negeri favorit: Rp40 juta – Rp50 juta
-
Kampus seni dan budaya: Rp20 juta – Rp30 juta
-
Sekolah kedinasan (dengan risiko tinggi): hingga Rp60 juta
Modus Operasi: Pemalsuan Identitas dan Rekayasa Digital
Pelaku tidak bekerja sendiri. Dalam operasinya, RA dibantu oleh seorang rekan yang bertugas memalsukan dokumen identitas seperti KTP dan kartu ujian UTBK. Mereka menggunakan teknik rekayasa wajah digital, mencetak ID dengan data peserta asli namun menggunakan foto pelaku.
Sebelum ujian, joki akan mempelajari data peserta, termasuk nama lengkap, tempat lahir, hingga gaya berbicara, agar bisa meyakinkan panitia jika diperiksa. Saat hari ujian, pelaku datang lebih awal dan berpura-pura sebagai peserta sah.
Proses ini disebut telah dijalankan berulang kali di berbagai kampus tanpa terdeteksi — hingga akhirnya terungkap di ISBI Bandung.
Baca juga:
Pihak Kampus Bereaksi Keras: Zero Tolerance terhadap Kecurangan
Rektor ISBI Bandung, Prof. Dr. Didi Sukardi, menyatakan kekecewaannya atas kejadian ini. Ia menegaskan bahwa pihak kampus akan mengambil langkah tegas untuk menjaga nama baik institusi dan mencegah kejadian serupa terulang.
“Kami memiliki komitmen kuat terhadap integritas akademik. Pelaku akan diproses hukum, dan kami akan mengevaluasi sistem verifikasi peserta ujian,” tegas Rektor Didi dalam konferensi pers.
ISBI Bandung juga akan melibatkan pihak kepolisian dalam investigasi lebih lanjut, termasuk melacak jaringan joki dan calo yang merekrut klien untuk praktik ilegal ini.
Tanggapan LTMPT dan Kementerian Pendidikan
CERDAS4D SLOT Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) sebagai penyelenggara UTBK menyampaikan keprihatinannya dan menyatakan akan memperketat pengawasan di semua lokasi pelaksanaan ujian.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) juga merespons cepat. Dirjen Dikti Ristek, Prof. Nizam, mengatakan bahwa sistem keamanan UTBK akan diperbarui dengan teknologi biometrik dan deteksi wajah berbasis AI untuk memverifikasi identitas peserta.
“Kami tidak akan mentolerir segala bentuk manipulasi dalam sistem seleksi nasional. Ini menyangkut masa depan bangsa,” tegasnya.
Jejak Kasus Serupa: Fenomena Joki Ujian Bukan Hal Baru
Sayangnya, kasus joki UTBK bukanlah yang pertama. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai kasus perjokian sempat mencuat ke publik:
-
2022: Kasus joki UTBK di Universitas Hasanuddin, Makassar
-
2023: Jaringan joki CPNS terbongkar dengan sistem komunikasi rahasia
-
2024: Penangkapan joki SNBT di sebuah hotel di Yogyakarta
Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun sistem seleksi telah berbasis komputer dan terpusat, para pelaku masih bisa menemukan celah untuk dimanfaatkan.
Motivasi Keluarga: Obsesi Masuk Kampus Ternama Tanpa Proses
Dari hasil investigasi, diketahui bahwa orang tua peserta yang menggunakan jasa joki tergolong dari kalangan ekonomi atas. Mereka mengaku tertekan karena anaknya tidak berhasil lolos seleksi sebelumnya, dan melihat perjokian sebagai “jalan pintas”.
Fenomena ini memperlihatkan:
-
Kurangnya pendidikan karakter dalam keluarga
-
Rendahnya kepercayaan diri siswa
-
Orientasi keliru dalam pendidikan: hasil lebih penting dari proses
Dalam beberapa kasus, orang tua bahkan disebut sebagai pihak yang aktif mencari kontak joki dan siap membayar mahal demi lolos seleksi.
Baca juga:DPRD Bandung Soroti Masalah Kemiskinan dan Kawasan Kumuh di Musrenbang
Ancaman Hukum: Pemalsuan, Penipuan, dan UU ITE
Polisi menyatakan bahwa RA akan dijerat dengan sejumlah pasal, di antaranya:
-
Pasal 263 KUHP tentang pemalsuan dokumen
-
Pasal 378 KUHP tentang penipuan
-
UU ITE jika terbukti menggunakan teknologi untuk memanipulasi identitas
Ancaman hukuman bisa mencapai 6 tahun penjara, ditambah denda dan sanksi administratif jika terlibat dalam jaringan lebih luas.
Solusi: Teknologi dan Pendidikan Karakter Harus Diperkuat
Untuk mencegah kasus joki kembali terulang, beberapa solusi yang bisa dipertimbangkan:
-
Penerapan teknologi biometrik dalam proses ujian (verifikasi sidik jari atau wajah).
-
Sosialisasi kepada peserta dan orang tua tentang bahaya dan sanksi perjokian.
-
Peningkatan integritas dalam pendidikan sejak dini, termasuk melalui kurikulum karakter.
-
Audit berkala terhadap lokasi ujian dan rekam jejak peserta yang mencurigakan.
Kesimpulan: Skandal yang Harus Jadi Pelajaran
Kasus joki UTBK di ISBI Bandung bukan hanya soal satu orang pelaku atau satu institusi, tapi mencerminkan persoalan yang lebih besar dalam sistem pendidikan nasional. Integritas, kejujuran, dan nilai-nilai pendidikan sejati harus dikembalikan sebagai fondasi utama.
Mengandalkan jalan pintas demi prestise akademik hanya akan menciptakan generasi lemah yang tidak siap menghadapi tantangan dunia nyata. Semua pihak — pemerintah, kampus, orang tua, dan siswa — harus bersinergi agar skandal serupa tidak lagi mencoreng dunia pendidikan Indonesia.
Leave a Reply