Pakar Pendidikan MPLS Perlu Libatkan Ortu dan Tanamkan Nilai Empati
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) merupakan fase penting dalam perjalanan awal peserta didik di lingkungan sekolah baru.
Kegiatan ini biasanya dilaksanakan pada minggu pertama tahun ajaran baru dan bertujuan untuk membantu siswa
beradaptasi dengan lingkungan, budaya sekolah, serta mengenal guru dan teman-teman baru.
Namun, pakar pendidikan menilai bahwa pelaksanaan MPLS masih bisa ditingkatkan, terutama dalam hal melibatkan
orang tua dan menanamkan nilai-nilai empati sejak awal.
Pakar Pendidikan MPLS Perlu Libatkan Ortu dan Tanamkan Nilai Empati
Salah satu kritik utama dari pakar pendidikan terhadap pelaksanaan MPLS selama ini adalah kurangnya pelibatan orang tua siswa.
Menurut Dr. Lestari Wulandari, seorang pengamat pendidikan anak dan remaja, keterlibatan orang tua sangat penting dalam membangun komunikasi yang sehat antara pihak sekolah dan keluarga.
“Orang tua seharusnya tidak hanya datang saat daftar ulang atau saat pembagian raport. MPLS adalah momen
emas untuk membangun sinergi awal antara sekolah dan rumah,” ujar Dr. Lestari.
Menurutnya, orang tua bisa dilibatkan dalam beberapa kegiatan, seperti sesi perkenalan bersama guru, pembekalan terkait visi dan misi sekolah, serta pemahaman tentang tata tertib dan budaya positif yang akan dibangun selama proses pendidikan.
Empati Sebagai Nilai Dasar dalam MPLS
Selain keterlibatan orang tua, Dr. Lestari juga menyoroti pentingnya menanamkan nilai empati sejak awal masa orientasi.
Ia menekankan bahwa MPLS seharusnya bukan hanya berisi kegiatan fisik, perkenalan, atau pengenalan fasilitas sekolah semata, tetapi juga menjadi ajang membentuk karakter sosial siswa.
“Siswa harus diperkenalkan dengan konsep saling menghargai, tolong-menolong, dan peduli terhadap sesama. Ini penting untuk membangun lingkungan belajar yang aman dan nyaman,” jelasnya.
Empati, menurut Dr. Lestari, bukan sekadar sikap sopan, tetapi kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan bertindak secara etis.
Ini adalah bekal penting dalam membangun relasi sosial yang sehat di sekolah dan di luar sekolah.
Hindari Praktik Perpeloncoan Berkedok Tradisi
Dalam beberapa kasus, MPLS masih diwarnai dengan praktik-praktik yang tidak mendidik seperti perpeloncoan
pemberian tugas yang tidak relevan, hingga hukuman fisik atau verbal. Hal ini, menurut para pakar, harus dihentikan sepenuhnya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan bahwa MPLS tidak boleh mengandung unsur kekerasan, intimidasi
atau kegiatan yang mempermalukan siswa. Namun, masih ditemukan beberapa laporan pelanggaran di lapangan.
“MPLS bukan ajang adu gengsi senioritas. Sekolah harus memastikan bahwa semua kegiatan
bertujuan membangun kebersamaan, bukan mempermalukan,” kata Dr. Lestari dengan tegas.
Rekomendasi untuk Sekolah dan Guru
Untuk memperbaiki kualitas MPLS di masa mendatang, Dr. Lestari memberikan beberapa rekomendasi:
-
Melibatkan Orang Tua Sejak Hari Pertama
Adakan sesi temu wali murid dengan guru dan kepala sekolah untuk membangun komunikasi yang terbuka. -
Fokus pada Nilai Karakter dan Sosial
Masukkan kegiatan diskusi kelompok, role play, atau simulasi sosial yang menumbuhkan empati dan kerja sama. -
Libatkan Siswa Lama Sebagai Mentor Positif
Ajak siswa kelas atas untuk menjadi mentor yang mendampingi peserta MPLS dengan cara yang suportif, bukan menakut-nakuti. -
Evaluasi Kegiatan MPLS Secara Terbuka
Minta siswa dan orang tua memberikan umpan balik terhadap kegiatan MPLS untuk perbaikan di tahun-tahun berikutnya.
MPLS Harus Menjadi Fondasi Sekolah Ramah Anak
Pada akhirnya, MPLS adalah fondasi penting dalam menciptakan lingkungan sekolah yang ramah, inklusif, dan aman bagi semua siswa.
Keterlibatan orang tua dan penanaman nilai empati tidak boleh diabaikan, karena keduanya menjadi pondasi karakter anak selama menempuh pendidikan.
Jika dikelola dengan baik, MPLS dapat menjadi pintu masuk bagi siswa untuk merasa diterima, dihargai, dan siap berkembang baik secara akademik maupun sosial.
Sekolah sebagai rumah kedua harus mampu memberi ruang bagi semua elemen—guru, siswa, dan orang tua—untuk tumbuh bersama membentuk generasi yang lebih baik.
Baca juga:Pemprov Pastikan Tiga Sekolah Rakyat di NTB Beroperasi Tahun Ini
Leave a Reply