Imbas Efisiensi Anggaran 2025 Danais Untuk Promosi Pariwisata Bantul Berkurang Kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan oleh pemerintah pusat turut berdampak pada sektor pariwisata di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Salah satu dampak yang paling signifikan adalah pemangkasan Dana Keistimewaan (Danais) yang dialokasikan untuk promosi wisata di daerah tersebut.
Subkoordinator Kelompok Substansi Promosi Kepariwisataan Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, Markus Purnomo Adi, mengungkapkan bahwa anggaran Danais untuk promosi wisata di Bantul mengalami penurunan cukup signifikan. Awalnya, dana yang dialokasikan mencapai sekitar Rp999 juta, namun kini berkurang menjadi sekitar Rp810 juta.
Akibat dari pemangkasan anggaran tersebut, jumlah event wisata yang didanai oleh Danais pada tahun 2025 juga mengalami pengurangan. Semula, terdapat enam event yang direncanakan, namun kini hanya lima event yang dapat direalisasikan.
Imbas Efisiensi Anggaran 2025
“Setiap event yang dibiayai oleh Danais membutuhkan berbagai persiapan administratif, seperti rapat koordinasi, surat perintah perjalanan dinas untuk survei, serta kebutuhan operasional lainnya seperti alat tulis kantor. Dengan adanya pengurangan anggaran, otomatis jumlah event juga harus disesuaikan,” ujar Markus kepada Tribunjogja.com, Kamis (13/2/2025).
Meski demikian, pihak Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul tetap berupaya mengoptimalkan lima event yang masih tersedia guna meningkatkan daya tarik wisatawan. Strategi yang akan diterapkan adalah melakukan inovasi dalam konsep acara agar tetap menarik bagi pengunjung.
“Kami akan mengoptimalkan lima event yang tersisa dengan konsep yang lebih menarik. Misalnya, dalam event yang sudah ada seperti festival keroncong dan kuliner, kami akan menghadirkan sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” jelas Markus.
Salah satu agenda wisata yang akan tetap diselenggarakan di Bantul adalah Festival Kuliner Pantai Baru Bantul. Event ini dijadwalkan berlangsung pada Mei 2025 dengan mengusung konsep kuliner tradisional yang mulai jarang ditemukan di era modern.
“Festival kuliner ini akan menampilkan beragam makanan khas Bantul yang termasuk dalam kategori warisan budaya tak benda. Beberapa di antaranya adalah sate klatak, mi lethek, adrem, dan berbagai jenis kuliner tradisional lainnya yang memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi,” ungkap Markus.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa event-event yang diselenggarakan di Kabupaten Bantul memiliki potensi besar dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui sektor pariwisata.
“Kami memahami bahwa kebijakan efisiensi anggaran harus dijalankan. Namun, di sisi lain, kami juga harus mencari solusi agar tetap dapat menarik minat wisatawan meskipun dengan keterbatasan anggaran,” tambahnya.
Sebagai upaya untuk tetap menjaga daya tarik wisata Bantul, Dinas Pariwisata berencana menggandeng berbagai pihak, termasuk pelaku usaha dan komunitas lokal, guna menciptakan sinergi dalam pengembangan pariwisata daerah.
Leave a Reply